belakangan ini dunia mancing sedang dilanda tren Catch and Release (C&R), yg menjadi pro dan kontra terutama di Indonesia.
Diluar negeri, kesadaran tentang C&R ini sudah berjalan lama dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, sedangkan dinegeri tercinta kita ini, proses tersebut menjadi polemik yang berkepanjangan dan dampaknya juga semakin berpengaruh terhadap perikanan yang semakin jarang.
Di Kepulauan Seribu Jakarta saja, banyak pemancing dan nelayan mengeluhkan tentang keadaan ikan besar di lokasi tersebut, tanpa adanya kesadaran untuk menjaga kelestarian alam seperti terumbu karang yg di bom, ikan ditangkap dengan pukat harimau yang mulai dipergunakan lagi yang mirisnya malah disetujuin oleh pejabat kita.
Diluar negeri, kesadaran tentang C&R ini sudah berjalan lama dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, sedangkan dinegeri tercinta kita ini, proses tersebut menjadi polemik yang berkepanjangan dan dampaknya juga semakin berpengaruh terhadap perikanan yang semakin jarang.
Di Kepulauan Seribu Jakarta saja, banyak pemancing dan nelayan mengeluhkan tentang keadaan ikan besar di lokasi tersebut, tanpa adanya kesadaran untuk menjaga kelestarian alam seperti terumbu karang yg di bom, ikan ditangkap dengan pukat harimau yang mulai dipergunakan lagi yang mirisnya malah disetujuin oleh pejabat kita.
Kembali lagi ke kesadaran C&R angler (pemancing) kita, apa yang harus diperbuat? opini sebahagian pemancing adalah biaya yg harus dikeluarkan utk sebuah trip mancing itu besar dan merasa rugi apabila ikan yg didapat harus dikembalikan lagi ke laut. Salah siapakah kalau sudah begitu?
Semua itu tergantung dari niat dan kesadaran kita demi kelestarian lingkungan untuk anak cucu kita kelak.
Semua itu tergantung dari niat dan kesadaran kita demi kelestarian lingkungan untuk anak cucu kita kelak.
0 komentar:
Posting Komentar